Thanks to, my best frend yg udah mau kasih ini foto, dan buat kalian yang sudah meluangkan waktu nya untuk membaca secercah kisah ini. Semoga kalian menyukai nya. 😊😊😊
Dulu sewaktu aku masih kecil, Ibu sering bilang jangan pernah memakan pantat ayam yang ada di meja makan. Itu pamali untuk anak yang baru beranjak remaja. Nenek juga mengatakan hal demikian. Entah mengapa sebabnya. Dari mana asalnya larangan tidak boleh memakan pantat ayam.
Saat itu aku masih berusia enam tahun. Aku percaya saja dengan perkataan Nenek. Kata Nenek, hanya orang yang sudah menikah dan sudah tua saja yang boleh memakannya. Karena, mereka-mereka sudah tidak ada pantangannya lagi.
Aku bingung. Kenapa harus tidak boleh. Pertanyaan itu mengalir di benakku. Sebenarnya ada misteri apa di balik pantat ayam yang berwarna merah muda itu.
Mengulas, membuka kembali folder yg mulai usang,,,
Diterbitkan, di Media Kalimantan, 16 Januari 2011
,
,
****
Gemericik air terdengar begitu merdu. Suaranya bagaikan alunan musik yang mengalun indah. Airnya begitu dingin. Udara yang masih bersih, dedaunan yang rindang membuat hati terasa sejuk. Ingin rasanya terus berlama-lama disini. Tapi, waktu harus membuatku meninggalkan tempat ini. Kapan aku bisa kembali lagi ke tempat ini.
Di tempat inilah perempuan itu memberikan saputangannya yang berwarna hijau kelam kepadaku. Kini masih terlipat rapi, terselip di antara ruas-ruas buku yang selalu menemaniku bekerja.
Perempuan itu menungguku di sebrang sana. Aku harus pulang. Untuk memenuhi janjiku.
"Aku Mau Kamu, Tidak Mau Dia. Aku Sukanya Sama Kamu, Tidak Suka Dia"
Tidak Ada Alasan Untuk Mencintaimu
About
Munere veritus fierent cu sed, congue altera mea te, ex clita eripuit evertitur duo. Legendos tractatos honestatis ad mel. Legendos tractatos honestatis ad mel.
, click here →