Minggu, 04 Agustus 2019

147Km Barat Daya, 7,4 Magnitudo 02 Agustus 2019





Malam ini, dari sudut penglihatanku langit tidak biru malam seperti biasanya. Entah lah, mungkin saja karena banyak nya deru mesin di kota ini. Polusi yang menyebabkan langit berwarna nampak abu. Mungkin saja bukan. Tak ada satu pun bintang yang terlihat malam ini. Ini bukan malam yang sangat larut, masih terlalu senja untuk segera terlelap. Masih terdengar hiruk pikuk deru mesin, dentingan sutil penjaja hidangan kaki lima mengaduk menu andalannya.

 
Kurang lebih satu bulan aku akan tinggal di ibukota. Tempat aku tinggal tidak jauh dari pusat perbelanjaan, stasiun MRT, dan terletak di Jl Simatupang. Kamarku, hanya mampu menampung untuk dua penghuni kamar. Kebetulan teman satu kamar berasal dari Bandar Lampung. Perempuan. Banyak persamaan kami yang tidak jauh berbeda. Tidak perlu beradaptasi sebagaimana mungkin, karena kebiasaan tidak jauh berbeda. Anggap saja saat ini saya kuliah dengan waktu singkat , satu bulan.
Waktu belum terlalu larut untuk tidur. Jalan masih penuh dengan desakan-desakan bus, mobil, busway, kendaraan, dan tak luput abang gojek. Karena saat ini, jam pulang kantor. Masih terdengar suara hiruk pikuk di Jalanan Simatupang Jakarta Selatan.
Malam sesuai pulang kuliah, aku pergi ke pusat perbelanjaan disamping tempat tinggal bersama teman sekamar. Jalan kaki adalah pilihan yang sangat tepat, bagaimana tidak hanya berjarak kurang lebih 100 meter dari tempat aku tinggal. Disalah satu store dia sibuk memilih-milih barang keperluannya. Kebetulan, aku belum makan dan saat ini sangat-sangat lapar. Kuputuskan untuk duduk di store itu, hanya ada satu meja dan satu kursi. Kuletakkan kedua tanganku, tertawa ringan sembari membalas pesan whatsapp, Instagram. Tak lama, mejaku bergetar vas bunga didepan wajahku pun ikut bergetar. Ku angkat kedua tanganku, dan bergumam. Aku hanyut. Namun aneh, seharusnya saat aku angkat kedua tanganku meja berhenti. Ini tidak. Masih bergetar cepat, dan aku pun masih berpikir. Meja ini rusak ferguso. Ah tidak, kenapa tiba-tiba riuh orang berlari dan berteriak. GEMPA !
Ah, otak ku tak bisa bekerja secepat itu. Mungkin saja, aku tidak pernah mengalami situasi seperti ini. Jantungku berdegup sangat cepat. Bagaimana tidak, ini untuk pertama kali nya aku merasakan berada didalam bangunan yang bergoyang.
Teman sekamarku, bergegas berteriak mencari aku dan menggenggam tanganku untuk pergi dari tempat ini. Aneh nya, setelah beberapa langkah dia kembali membawa ku ketempat semula. Kenapa? Batinku. Ah, ternyata dia ingin mengembalikan barang yang sejak tadi dipegang oleh dia. Belum dibeli.
Berlari menuju pintu keluar. Lumayan jauh dari tempat keluar, karena posisi aku berada di under ground. Saat berlari menuju tempat teraman, dipersimpangan jalan menuju pintu keluar, aku melihat es krim yang tadi hendak dibeli setelah membeli barang temanku. Namun, apalah daya. Dia tetap menggenggam tanganku untuk pergi keluar. Namun aku sempat bilang “Kita beli es krim dulu keburu gak gempa nya?” dia menoleh kearah ku dan tanpa menjawab pertanyaan ku digenggamnya tangan ku dan berlari lagi.
Kandas lah, makan es krim malam ini. Sambil berlari dengan degupan jantung yang terdengar jelas.

Menuju tempat aku tinggal, halaman parkir sudah terpenuhi oleh orang yang mempunyai tujuan berbeda datang kekota ini. Tekstur wajah yang bukan keceriaan, bukan kesenangan, dan bukan pula ketenangan. Menatap tinggi bangunan tempat aku tinggal, aku pun tersadar Lantai 17. Terlalu jauh jika dilihat dari bawah dan terlalu dekat jika dilalui menggunakan lift.
Cukup 3 menit, merubah segalanya. Mereka yang mempunyai tujuan berbeda, namun akan tetap menjadi satu pemikiran disaat seperti ini. Berlindung dan meminta perlindungan kepada Allah.
147 km Barat Daya Sumatra Utara, Banten aku berdiri disini. Dengan kekuatan 7,4 Magnitudo, aku merasakannya.
19:03:21 WIB, 2 Agustus 2019. Aku berada di Jalan ini, biasa orang menyebut nya Jl. Simatupang. Jakarta Selatan. 
Tidak banyak yang ku perbuat, menunggu kepastian dari Bapak berseragam sembari tadi memegang handy talkie raut wajah tidak tenang. Cemas.


Jakarta, 02 Agustus 2019
147km BaratDaya Sumatra Utara-Banten | 7,4 Magnitudo | 19:03:21

6 komentar:

  1. Wow...semoga kau dan yg lain baik2 saja. Tulisanmu keren. Merinding aku bacanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih bang @harie insani putra, sudah meluangkan waktu nya ngebaca pos inih,,,

      Hapus
  2. Mantuuulll��
    Lanjut bikin buku Mba Sus :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih ya @yliantfk
      semoga yaaa bisa dijadiin buku. amin,
      dibeliii loo yaaaa

      Hapus
  3. I love you to the moon and back kakak ❤

    BalasHapus
    Balasan
    1. loph u tooo sister,,,
      and I will really miss you a lot.
      Especially the memories of one month, will never disappear in my memory.
      very memorable memories, where there are difficult times, joy and sorrow.
      I will never forget that..

      Hapus

Hallooo, terima kasih sudah membaca tulisan saya,
jika berkenan silahkan jejak digital teman disini.
Tinggalkan lah, rekam jejak yang menyenangkan tanpa ada unsur SARA.
Salam Budaya, ^,^