Menjemput Rejeki di 2019
Akan ada rintangan di setiap langkah
Akan ada harapan di setiap langkah
Akan ada pengalaman baru di setiap langkah
Sesuatu yang
sangat ingin aku ceritakan sejak dulu. Kisah yang akan aku kenang sepanjang
masa. Begini ceritanya. Aku seorang pelajar SMA, yang sebentar lagi akan
menjadi mahasiswa. Semoga saja. Dimana setiap ingin mencapai tujuan itu perlu
proses dan perjuangan. Di mulai dari sini lah, awal perjuangan hidupku.
Banjarbaru Kota Idaman, disinilah aku tinggal.
Di kelas, aku
bukan siswi yang berprestasi. Tidak pernah dapat juara, kelebihan yang menonjol
dari diriku selama SMA adalah selalu datang mempet waktu. Nilai ku tidak juga
bagus tidak juga jelek. Namun dikelas, aku bisa masuk dalam sepuluh besar.
Hebat bukan. Entah objek penilaian apa yang diberikan oleh guruku. Mungkin juga
belas kasihan.
Aku hanya ingin
menjadi seorang penulis. Sudah itu saja. Aku suka bermain-main dengan komputer.
Keingintahuanku, tentang komputer juga sangat besar. Bermula dari
ketidaktahuan, kebimbangan, dan desakan. Ketidaktahuan aku mengenai fakultas
yang akan dipilih di Universitas ternama membuatku bimbang untuk menentukan
pilihan. Keinginan terbesar aku berkuliah di jurusan sastra apa pun itu, pokok
nya yang berbau sastra dan seni. Sudah, itu saja keinginanku.
Hari dimana
menuju seorang mahasiswi dimulai, masih status pelajar SMA. Ada beberapa
tahapan yang harus dilalui. Mulai dari pendaftaran, tes, serta hasil penilaian.
Dimulai dari jalur PMDK dimana sekarang lebih dikenal dengan SNMPTN Seleski
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri, jalur seleksi penerimaan mahasiswa
untuk memasuki perguruan tinggi negeri. Senang bisa terpilih melalui jalur
snmptn. Daftar universitas-universitas diberbagai kota sudah ditangan.
Pasalnya, aku bingung mau jurusan apa yang akan dipilih. Keinginan terbesar aku
adalah jurusan sastra. Orang tua menginginkan di jurusan akuntansi. Tidak ada
pilihan lain, selain mengikuti keinginan orang tua, siapa yang akan membiayai
kuliah.
Baiklah, jurusan
akuntansi yang akan dipilih. Tapi, universitas apa yang akan dipilih. Mau
kuliah di luar kota menyebrang lautan ke pulau jawa, orang tua tidak
mengijinkan. Dengan alasan karena anak perempuan satu-satunya. Kalau pun tetap
bersikeras, tetap saja tidak punya kekuatan. Sumber dana nya kan dari orang
tua. Pasrah adalah paling tepat. Karena tidak mungkin untuk membantah, kalau
membantah pasti tidak akan jadi kuliahnya.
Jarak tempuh
kurang lebih satu jam dari rumahku. Pilihan ku adalah Universitas yang sangat
terkenal di Provinsi aku. Bertepat di kota Seribu Sungai. Aku mengambil dua
jurusan, dengan dalih jika satu tidak lolos pilihan kedua lah sang penyelamat.
Pilihan pertama aku pilih Fakultas Ekonomi dan pilihan kedua Fakultas
Hukum.Bangga kan ya, bisa ikutan jalur snmptn saat itu. Pasalnya, tidak semua
angkatan di sekolah mengikutinya. Setiap satu kelas, hanya sepuluh orang saja
yang diikutkan.
Dengan berbesar
hati, aku pun minta dibelikan baju kemeja terbaru. Terbaru yang belum pernah
aku punya didalam lemari baju, karena kebanyakan kaos semua. Kalau pun punya
kemeja, yang warnanya sudah mulai memudar menurut aku. Biru langit, kemeja
polos pertama yang aku punya. Semoga menjadi keberuntungan.
Hari yang
ditunggu pun tiba, aku berangkat menuju kampus diantar dengan mama. Maunya
berangkat sama si dia, berhubung tidak diijinkan terpaksa mau saja dianter sama
mama. Dari pada tidak jadi tes. Terlambat dan selalu, tidak pernah tepat waktu.
Berangkat ke sekolah terlambat, bimbingan belajar juga terlambat. Semua nya
serba terlambat. Hari ujian snmptn pun mau ikutan terlambat. Hampir saja,
untung si dia hari kemarin sudah mencari ruangan. Jadinya, aku tinggal menuju
keruangan saja. Alhamdulillah keberuntungan.
Lumayan susah
soal nya dan banyak sekali, sampai leher terasa kaku. Untung lah waktu cepat
berakhir. Sebulan kemudian, hari dinanti tiba. Pengumumannya bersifat terbuka,
media cetak. Pagi sekali dengan penuh semangat aku mencari loper koran.
Sesampainya dirumah, tak sabar untuk segera membukanya. Baris demi baris aku
baca dengan seksama. Nihil. Nama ku tidak ada satu pun disana.
Tidak putus asa,
selanjutnya aku mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru atau SPMB. Siapapun
bisa mendaftar, dan siapapun bisa diterima. Berbekal keinginan orang tua lagi
yang menginginkan anaknya sukses. Aku pilih lah pilihan pertama Jurusan Hukum
dan yang kedua Jurusan Ekonomi. Cuma diputar saja triknya kali ini. Berharap
lulus dengan cara seperti ini. Kali ini pun tidak lulus juga.
Masih ada satu
jalur lagi, mandiri. Keyakinanku untuk kuliah masih ada, kali ini aku akan
mengambil dengan jurusan yang berbeda. Ilmu komputer. Pikirku, ini adalah jalan
terakhir untuk berkuliah di negeri. Dewi fortuna sepertinya tidak berpihak
denganku. Tidak lolos, gagal kali ini memunculkan rasa tidak percaya diriku.
Aku tidak bisa bersaing, aku payah.
Pasrah dan
menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah. Suatu hari, saudara sepupuku
memberitahu untuk mendaftar di Politeknik Negeri Banjarmasin. Tidak ada
keinginan kuat untuk lolos kali ini. Karena terbukti tiga kali seleksi dan
gagal. Aku tetap mengikuti proses pendaftarannya, hingga tiba ujian seleksi.
Untuk mengikuti tes seleksinya peserta harus menggunakan kemeja putih dan
bawahan hitam bukan jeans. Dibenakku, tidak mungkin aku meminta uang untuk
membelinya. Sedangkan aku sudah lumayan mengeluarkan biaya untuk kesana kemari.
Beruntung, tante
ku seorang guru. Badannya pun tidak jauh beda dengan ku. Ku pinjam lah baju
nya, dengan kebesaran. Ah, tidak apa –apa pikirku. Tidak ada yang mengenali aku
saat ini. Tidak ada terbesit kelulusan dibenakku kali ini. Ku pasrahkan kepada
Allah, dimana aku akan kuliah. Hari pengumumanan pun tiba, sepertinya tidak
akan lolos lagi pikirku. Hari itu, aku berdiam diri dirumah saja. Siangnya,
sepupuku datang kerumah. Memberitahukan aku lulus di jurusan Akuntansi. Tidak
percaya, aku pun bergegas berangkat bersama sepupuku itu. Benar. Aku
lulus. Aku diterima di salah satu kampus
negeri dengan Jurusan Akuntansi. Tidak
terlalu suka dengan akuntansi, beruntung di semester dua bisa memilih jurusan
lagi, akuntansi konvensional atau computer akuntansi. Alhamdullillah, menjadi
almameter komputerisasi akuntansi.
Tidak semua yang
diinginkan bisa langsung terwujud, semua perlu proses, perlu waktu untuk
meraihnya. Jika semudah itu terwujudnya, tidak akan ada usaha untuk meraihnya.
Tidak ada usaha yang tidak membuahkan hasil, terlebih jika kita terus
memintanya kepada yang Kuasa.
Terimakasih gamasfoundation
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hallooo, terima kasih sudah membaca tulisan saya,
jika berkenan silahkan jejak digital teman disini.
Tinggalkan lah, rekam jejak yang menyenangkan tanpa ada unsur SARA.
Salam Budaya, ^,^